Pengantar Saja

Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya tidak usah mati!....read more

Mengapa harus menulis?

apakah ketika kita menulis harus memiliki sebuah literature. Ide itu seringkali muncul, namun tidak dapat menuliskannya dan berhenti hanya di satu paragraf.....read more

Negara yang Beragama atau Manusia yang Beragama?

Ada Suatu kaum yang hidup tenang, tentram dan harmonis di antara warganya. Pola hidup mereka sangat sederhana atau bisa dikatakan masih primitif, tapi itu tidak penting....read more

Mereka tak Merasakan Bahagia?

apakah benar burung di langit yang bebas terbang kemana pun juga dapat merasakan bahagia?read more


.:: SELAMAT DATANG DI BLOG GENCAR ::.

Nuansa Politik Desa Saya, Sebaiknya Anda Tahu.

Minggu, 19 Januari 2014
Adik perempuan saya yang kini beranjak remaja mengirim pesan singkat di hp.

"Mas yang jadi cewek..."
"masa'? calon yang mana tuh?", timpal saya pura2 tertarik.
"iya, no.3 teman ibu yang gak ngeluarin duit sama sekali itu loh", dengan polosnya.
"wah bagus donk, kamu juga milih dia kan?"
"iya donk, kita sekeluarga milih dia, walaupun dapet duit 100ribuan per dari calon no.2 hehehe".
" :)", saya mengakhiri.

Remaja yang selalu ingin terlihat update ini selalu mengabari berita-berita yang dia anggap baru dan menarik ke HP saya. Dasar Remaja!!!

Sebenarnya dialog kita panjang, sengaja saya ringkas dan hal-hal penting saja yang saya tunjukkan.

Desa kami baru saja melewati perayaan demokrasi, orang-orang pintar menyingkatnya Pilkades. Tiga orang memberanikan diri untuk mencalonkan kades. Calon nomor satu adalah incumbent, nomor dua adalah teman saya yang masih sangat muda kira-kira 4 tahun di bawah saya, muda sekali kan??... Dan yang terakhir, nomor tiga adalah satu-satunya perempuan, juga satu-satunya calon yang tak punya kesiapan sama sekali dalam hal finansial. Tapi untuk urusan mental dia jauh lebih bersih. Ya..!!! ini memang pendapat subjektif saya.

Dalam edisi kali ini, saya malah tertarik membicarakan calon nomor urut dua.
Dia muda, sangat muda, dia teman main bola ketika kecil. Aduh, cara main bolanya kumuh sekali. Sama sekali tidak handal, jika dia diganggu waktu menggocek bola kemudian terjatuh (tidak pelanggaran), dia secara terang-terangan langsung membalas walaupun itu berbuah pelanggaran berat. Jantan sekali bukan? tapi bukan itu yang penting. Si nomor dua ini merupakan anak dari mantan kepala desa sebelum calon incumbent dulu. Bisa jadi karena mandat dari sang bapak dia berani nyalon. Dia anak yang patuh.

Padahal semua warga desa tahu, dia minim jam terbang di urusan perpolitikan desa. Ditambah, sekarang ini sedang tinggal di luar kota, Surabaya.

Bapak dan anak yang saling menyayangi ini jelas tahu resiko-resiko tersebut bisa membuatnya kalah. Tapi api sudah terlanjur dipercikkan dan bensin siap dituang.

Desa Kami setidaknya yang punya hak menyoblos sekitar 2000-an hidung (perkiraan minimalis saya). Banyak karena setidaknya memiliki 7 RT dan 3 RW. Bayangkan berapa uang yang dikeluarkan untuk membeli semua suara, jika tarifnya 100rb per butir. Kalian tahu sendiri kan berapa gaji seorang kades selain tanah bongkok?

Pemimpin itu merupakan cerminan dari rakyat (warga) yang dipimpinnya. Jelas itu!!! Alhamdulillah bisa dikata, warga desa saya sudah mulai menunjukkan kecerdasannya untuk menentukan masa depannya sendiri.

Kalian tahu, nama kades saya sekarang adalah Yulianingsih. Memang terdengar nama yang tidak menjual, cenderung ndeso bahkan tapi sekarang beliau adalah kades perempuan pertama sepanjang sejarah desa saya.

Semoga ini awal yang bagus bagi nasib ibu pertiwi.[gsp]

____________
* sebelumnya, tulisan ini pernah juga diterbitkan oleh penulis lewat akun Facebooknya pada 5 januari 2014.

0 comments:

Posting Komentar