Pengantar Saja

Kalau kamu tidak lebih baik daripada saya lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya tidak usah mati!....read more

Mengapa harus menulis?

apakah ketika kita menulis harus memiliki sebuah literature. Ide itu seringkali muncul, namun tidak dapat menuliskannya dan berhenti hanya di satu paragraf.....read more

Negara yang Beragama atau Manusia yang Beragama?

Ada Suatu kaum yang hidup tenang, tentram dan harmonis di antara warganya. Pola hidup mereka sangat sederhana atau bisa dikatakan masih primitif, tapi itu tidak penting....read more

Mereka tak Merasakan Bahagia?

apakah benar burung di langit yang bebas terbang kemana pun juga dapat merasakan bahagia?read more


.:: SELAMAT DATANG DI BLOG GENCAR ::.

Pengetahuan Membedakan Nilai Batu dan Kue, Begitu Juga Potensi Seseorang

Minggu, 27 April 2014
Tahun 1959, seorang geolog kebangsaan Jepang, Yuka, berangkat ke Afrika Selatan bersama para ilmuwan lintas negara untuk mencari emas dan batu mulia. Setiap hari Yuka bekerja dari pukul 5:00 sampai 22:00. Sepuluh hari berlalu, pencarian menyibukkan Orang-orang pintar ini, namun tak ada yang di dapat melainkan pasir yang becampur keringat mengotori baju keilmuan mereka. Suatu hari Yuka merasa lelah dan frustrasi.Ia memutuskan untuk menyerah dan kembali ke hotel, tak seperti biasanya karena jam 22:00 masih 5 jam lagi.

Di perjalanan ia bertemu  bocah kisaran sepuluh tahun. Di tangan bocah itu ada sebongkah batu yang berkilauan, tak cukup terang karena terhalang pasir yang menutupinya. Yuka mendekat, menanyakan apa yang dipegangnya. Bocah itu menjawab, "tidak tahu, aku menemukannya di pinggir pantai". Yuka meminta batu itu. Bocah itu berkata "Aku tak keberatan, tapi apa imbalannya?". "Aku akan memberimu uang. Berapa engkau minta?". "Entahlah apakah kau punya sesuatu yang lain?". "Ya aku punya beberapa kue. Kau mau menerima untuk batu itu?". Tanpa berucap bocah itu mengangguk, pertanda negosiasi berhasil.

Yuka segera kembali ke hotel. Di kamarnya ia meneliti batu itu. Tak percaya ia menelitinya sepuluh kali. Akhirnya ia yakin bahwa batu itu adalah emas murni bernilai jutaan dolar (saat itu). Dalam hati Yuka menggumam, "Andaikan bocah itu tahu nilai batu ini, ia tentu tak mau menukarnya dengan benda semurah itu".

Kisah ini memberi pelajaran tentang presepsi atau pengetahuan. Andaikata bocah itu mengetahui nilai batu yang ia pegang, kemudian mengambil keuntungan dengan benar, pasti ia menjadi jutawan. Kisah ini sama dengan orang yang tak menyadari potensi dirinya yang luar biasa sebagai anugerah Allah. Mereka akan buang-buang waktu dan menyalahkan, mengeluh mengkritik, dan membanding-bandingkan. Itu artinya mereka membiarkan dirinya tertipu oleh sesuatu yang sangat murah, seperti kisah bocah di cerita.

Dicomot dari Buku "Terapi Berpikir Positif ~ Ibrahim Elfiky" kemudian dibahasakan ulang dengan susah payah.


0 comments:

Posting Komentar